Sumatera Barat
Nama resmi : Propinsi Sumaera Barat
Ibukota : Padang
Luas Wilayah :
42.012.89 km2
Jumlah penduduk : 5.383.988 jiwa
Suku Bangsa :
Minangkabau, Guci, Jaubak, Piliang, Chamiago, Tanjung, Koto,
Agama : Islam 98%,
Kristen 1,6% lain-lain 0,4
Wilayah Administrasi : kab: 12, kota:7,
kec:179, kel:259, Desa: 880
Lagu Daerah :
Baresolok, Paku, Galang dan Kambanglah Bungo
SEJARAH
Dari jaman prasejarah
sampai kedatangan orang Barat, sejarah Sumatera Barat dapat dikatakan identik
dengan sejarah Minangkabau. Walaupun masyarakat Mentawai diduga telah ada
pada masa itu, tetapi bukti-bukti tentang keberadaan mereka masih sangat
sedikit.
Pada periode kolonialisme
Belanda, nama Sumatera Barat muncul sebagai suatu unit administrasi, sosial-budaya,
dan politik. Nama ini adalah terjemahan dari bahasa Belanda de
Westkust van Sumatra atau Sumatra's Westkust,yaitu suatu
daerah bagian pesisir barat pulau Sumatera.
Memasuki
abad ke-20 persoalan yang dihadapi Sumatera Barat menjadi semakin
kompleks. Sumatera Barat tidak lagi
identik dengan daerah budaya Minangkabau dan telah berubah menjadi sebuah mini
Indonesia. Di daerah ini bermukim sejumlah besar suku bangsa Minangkabau
penganut sistem matrilineal, suku bangsa Tapanuli dengan sistem patrilinealnya
dan suku bangsa Jawa dengan sistem parentalnya. Di samping itu
juga ada masyarakat Mentawai, Nias, Cina, Arab, India serta berbagai
kelompok masyarakat lainnya dengan berbagai latar belakang budaya yang
beraneka ragam.
Di Sumatera Barat banyak
ditemukan peninggalan jaman prasejarah di Kabupaten 50 Koto, di daerah Solok
Selatan dan daerah Taram. Sisa-sisa peninggalan tradisi barn besar ini berwujud dalam berbagai
bentuk; bentuk barn dakon, barn besar berukir, barn besar berlubang, barn rundell,
kubur barn, dan barn altar, namun bentuk yang paling dominan adalah bentuk
menhir. Peninggalan jaman prasejarah lainnya yang juga ditemukan adalah gua-gua
alam yang dijadikan sebagai tempat hunian.
Bukti-bukti
arkeologis yang ditemukan di atas bisa memberi indikasi bahwa daerah-daerah
sekitar Kabupaten 50 Koto merupakan daerah atau kawasan Minangkabau yang
pertama dihuni oleh nenek moyang orang Sumatera Barat. Penafsiran ini rasanya
beralasan, karena dari daerah 50 Koto ini mengalir beberapa sungai besar yang
akhirnya bermuara di pantai timur pulau Sumatera. Sungai-sungai ini dapat
dilayari dan memang menjadi sarana transportasi yang penting dari jaman dahulu
hingga akhir abad yang lalu.
Nenek
moyang orang Minangkabau diduga datang melalui rute ini. Mereka berlayar dari
daratan Asia (Indo-Cina) mengarungi laut Cina Selatan, menyeberangi Selat
Malaka dan kemudian memudiki sungai Kampar, Siak, dan Indragiri (atau;
Kuantan). Sebagian di antaranya tinggal dan mengembangkan kebudayaan serta peradaban
mereka di sekitar Kabupaten 50 Koto sekarang.
Percampuran
dengan para pendatang pada masa-masa berikutnya menyebabkan tingkat
kebudayaan mereka jadi berubah dan jumlah mereka jadi bertambah. Lokasi
pemukiman mereka menjadi semakin sempit dan akhirnya mereka menyebar ke berbagai
bagian Sumatera Barat yang lainnya. Sebagian pergi ke daerah kabupaten Agam dan
sebagian lagi sampai ke Kabupaten Tanah Datar sekarang. Dari sini penyebaran
dilanjutkan lagi, ada yang sampai ke utara daerah Agam, terutama ke daerah
Lubuk Sikaping, Rao, dan Ophir. Banyak di antara mereka menyebar ke bagian
barat terutama ke daerah pesisir dan tidak sedikit pula yang menyebar ke
daerah selatan, ke daerah Solok, Selayo, sekitar Muara, dan sekitar daerah
Sijunjung.
Sejarah
daerah Propinsi Sumatera Barat menjadi lebih terbuka sejak masa pemerintahan
Raja Adityawarman. Raja ini cukup banyak meninggalkan prasasti mengenai
dirinya, walaupun dia tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Raja Minangkabau.
Adityawarman memang pernah memerintah di Pagaruyung, suatu negeri yang dipercayai
warga Minangkabau sebagai pusat kerajaannya.
Adityawarman
adalah tokoh penting dalam sejarah Minangkabau. Di samping memperkenalkan
sistem pemerintahan dalam bentuk kerajaan, dia juga membawa suatu sumbangan
yang besar bagi alam Minangkabau. Kontribusinya yang cukup penting itu adalah
penyebaran agama Budha. Agama ini pernah punya pengaruh yang cukup kuat di
Minangkabau. Terbukti dari nama beberapa nagari di Sumatera Barat dewasa ini
yang berbau Budaya atau Jawa seperti Saruaso, Pariangan, Padang Barhalo,
Candi, Biaro, Sumpur, dan Selo.
Sejarah
Sumatera Barat sepeninggal Adityawarman hingga pertengahan abad ke-17
terlihat semakin kompleks. Pada masa ini hubungan Sumatera Barat dengan dunia
luar, terutama Aceh semakin intensif. Sumatera Barat waktu itu berada dalam
dominasi politik Aceh yang juga memonopoli kegiatan perekonomian di daerah
ini. Seiring dengan semakin intensifnya hubungan tersebut, suatu nilai baru
mulai dimasukkan ke Sumatera Barat. Nilai baru itu akhimya menjadi suatu
fundamen yang begitu kukuh melandasi kehidupan sosial-budaya masyarakat
Sumatera Barat. Nilai baru tersebut adalah agama Islam.
Syekh
Burhanuddin dianggap sebagai penyebar pertama Islam di Sumatera Barat. Sebelum
mengembangkan agama Islam di Sumatera Barat, ulama ini pernah menuntut ilmu di
Aceh.
Pengaruh
politik dan ekonomi Aceh yang demikian dominan membuat warga Sumatera Barat
tidak senang kepada Aceh. Rasa ketidakpuasan ini akhirnya diungkapkan dengan
menerima kedatangan orang Belanda. Namun kehadiran Belanda ini juga membuka
lembaran baru sejarah Sumatera Barat. Kedatangan Belanda ke daerah ini
menjadikan Sumatera Barat memasuki era kolonialisme dalam arti yang
sesungguhnya.
Orang
Barat pertama yang datang ke Sumatera Barat adalah seorang pelancong
berkebangsaan Prancis yang bernama Jean Parmentier yang datang sekitar tahun
1523. Namun bangsa Barat yang pertama datang dengan tujuan ekonomis dan
politis adalah bangsa Belanda. Armada-armada dagang Belanda telah mulai
kelihatan di pantai barat Sumatera Barat sejak tahun 1595-1598, di samping
bangsa Belanda, bangsa Eropa lainnya yang datang ke Sumatera Barat pada waktu
itu juga terdiri dari bangsa Portugis dan Inggris.
ARTI LOGO SUMATERA BARAT
Arti bentuk perisai persegi
lima, melambangkan bahwa propinsi Sumatera Barat adalah merupakan salah satu
dari daerah-daerah propinsi dalam lingkungan wilayah negara kesatuan republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Rumah Gadang/Balai Adat
adalah tempat bermufakat atau tempat lahirnya filsafat alam pikiran Minangkabau
yang mashur, demokrasi menurut alur dan patut sebagai lambang konsekwen
melakanakan demokrasi.
Atap Masjid Bertingkat Tiga
dan Bergonjong Satu melambangkan salah satu dari bentuk rumah ibadah yang khas
menurut arsitektur alam Minangkabau asli, yang melambangkan agama Isla sebagai
salah satu agama yang pada umumnya dipeluk masyarakat. Bintang Segi Lima
melukiskan nur cahaya dari pada dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
Atap Rumah Gadang/Balai
Adat Minangkabau Bergaya Tajam dan Runcing ke Atas merupakan gaya pergas yang
tangkas dalam seni bangunan khas alam Minangkabau yang melambangkan sifat
rakyatnya yang dinamis, bekerja keras dan bercita-cita luhur untuk mencapai masyarakat
adil dan makmur.
Empat Buah Gonjong Rumah Adat/Balai Adat dan Sebuah Gonjong Mesjid yang Menjulang Tinggi Keangkasa melambangkan keluruhan sejarah Minangkabau dari zaman ke zaman dalam semboyan kata 'Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabulah '.
Empat Buah Gonjong Rumah Adat/Balai Adat dan Sebuah Gonjong Mesjid yang Menjulang Tinggi Keangkasa melambangkan keluruhan sejarah Minangkabau dari zaman ke zaman dalam semboyan kata 'Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabulah '.
Gelombang Air Laut adalah
suatu lambang dinamika dari masyarakt Minangkabau.
ARTI MOTTO
'Tuah Sakato' berarti
sepakat untuk melaksanakan hasil mufakat/musyawarah dan sebagai slogan kata
(tanda kebesaran) yang terkandung dalam pribahasa Indonesia 'Bersatu Kita Teguh
Bercerai Kita Runtuh'
ARTI WARNA
ARTI WARNA
Warna dalam lambang ini
berarti/bermakna, Putih berarti suci, Merah Jingga berarti berani, Kuning Emas
berarti agung, Hitam Pekat berarti abadi, tabah, ulet/tahan tapo, Hijau Cerah
Bersrti harapan masa depan.
Nilai
Budaya
Kebudayaan yang hidup dalam Propinsi Sumatera Barat disebut kebudayaan
Minangkabau. Berdasarkan pengamatan dan penelitian, kebudayaan ini cukup kaya,
bersumber dari nilai-nilai luhur yang ditinggalkan atau diwariskan para nenek
moyang. Kebudayaan ini pernah mengalami puncak keemasannya pada jaman kejayaan
Kerajaan Pagaruyung, khususnya semasa kepemimpinan Raja Adityawarman.
Dewasa ini masyarakat
Minangkabau yang terkenal teguh dalam memegang adat berusaha untuk memelihara
khasanah budaya peninggalan para leluhur.
Propinsi Sumatera Barat
memiliki satu lembaga adat yang amat berwibawa, yang terkenal dengan nama
Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau atau LKAAM. Lembaga ini memiliki wewenang
besar dalam menentukan masalah-masalah adat dan kebudayaan dalam masyarakat
Minangkabau. Karena itu sungguh tidak mengherankan kalau seseorang yang dipercayakan
untuk memimpin lembaga ini dianggap memiliki satu kelebihan tersendiri sebagai
seorang tokoh yang diterima kaum adat.
Pada
umumnya hal-hal yang berkenaan dengan kebudayaan itu dapat dikategorikan dalam
empat bidang. Pertama adalah bidang kesejarahan serta permuseuman, kedua
adat-istiadat, bahasa dan sastra, ketiga kesenian, dan keempat perbukuan atau
perpustakaan.
Bangunan bersejarah di
Sumatera Barat antara lain meliputi : Istana Pagaruyung, museum Taman Bundo
Kanduang di Bukittinggi, museum perjuangan rakyat, rumah gadang di Koto Nan
Ampek, rumah gadang di Padang Lawas, balairung sari di Tabek serta mesjid di
Ampang Gadang dan situs kepurbakalaan di Tanah Datar.
Falsafah
Hidup Masyarakat setempat
Masyarakat
Minangkabau dalam mengambil keputusan menggunakan motto :
"Bulek Aik Dek Pam Buluh, Buluk Kato De
Mufakat", artinya segala
sesuatu yang akan diputuskan harus dimusyawarahkan terlebih dahulu.
Motto bagi seorang pemimpin
adalah :
"Tibo Dimato Dipiciangkan, Tibo Diparuk
Dikampihkan", artinya bagi seorang pemimpin harus bertindak adil, atau tidak
pilih kasih.
Ada 4 kriteria pokok
seorang pemimpin menurut budaya Minangkabau :
1.
Tinggi tampak jauah dan nan gadang jolong basuo, artinya tinggi kelihatan
dari jauh dan yang besar awal bertemu.
2.
Tinggi dek dianjuang, gadang dek diambak (tinggi karena diangkat, besar karena dipupuk), artinya keberadaanya
diterima umat, kaum dan bangsa.
3.
Tinggi menyentak rueh (tinggi karena ruas), artinya mempunyai
integritas pribadi, berilmu pengetahuan, berwawasan luas.
4.
Pemimpin didahulukan salangkah, ditinggikan
sarantiang, artinya
pemimpin tidak membuat jarak dengan rakyat.
FLORA
DAN FAUNA
Pohon Andalas Tumbuhan Khas Sumatera Barat
Pohon Andalas ditetapkan sebagai tumbuhan khas atau flora identitas sekaligus maskot provinsi Sumatera Barat. Pohon Andalas adalah tumbuhan dari famili Moraceae dan berkerabat dekat dengan Murbai (Morus alba). Pohon Andalas dimanfaatkan kayunya untuk bahan perabot rumah tangga, almari, dan bahan bangunan termasuk dalam pembuatan rumah gadang. Kayunya mempunyai kualitas tinggi, awet, tahan air, dan anti rayap. Menurut mitos masyarakat setempat, pohon Andalas berasal dari tongkat Datuak Parpatih nan Sabatang, salah satu tokoh penyusun adat bagi masyarakat Minangkabu, yang ditancapkan ke tanah.
Pohon Andalas (Morus macroura)
Nama latin tanaman ini adalah Morus macroura Miq. yang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Morus alaisia Deless. Ex Moretti, Morus alba var laevigata Bur. Morus laevigata wall, Morus wallichiana koidz dan Morus wittiorum var. Mawu koidz. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Himalayan Mulberry atau Sumatra Mulberry. Sedangkan di Indonesia dikenal juga sebagai Kertau, Hole Tanduk, atau Andaleh. Andalas adalah pohon asli Indonesia, meskipun bukan termasuk tumbuhan endemik. Tumbuhan ini tersebar di China (Yunan dan Hainan), Tibet, Kamboja, Malaysia (Semenanjung), Laos, Vietnam, Thailand, dan Indonesia (Sumatera dan Jawa). Poplasi secara global masih cukup banyak, namun di Indonesia mulai langka. Pohon Andalas berukuran besar dengan tinggi mampu mencapai 40 meter dengan diameter batang bawah mencapai 2 meter. Bentuk daun dan buah mirip murbai.
Nama latin tanaman ini adalah Morus macroura Miq. yang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Morus alaisia Deless. Ex Moretti, Morus alba var laevigata Bur. Morus laevigata wall, Morus wallichiana koidz dan Morus wittiorum var. Mawu koidz. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Himalayan Mulberry atau Sumatra Mulberry. Sedangkan di Indonesia dikenal juga sebagai Kertau, Hole Tanduk, atau Andaleh. Andalas adalah pohon asli Indonesia, meskipun bukan termasuk tumbuhan endemik. Tumbuhan ini tersebar di China (Yunan dan Hainan), Tibet, Kamboja, Malaysia (Semenanjung), Laos, Vietnam, Thailand, dan Indonesia (Sumatera dan Jawa). Poplasi secara global masih cukup banyak, namun di Indonesia mulai langka. Pohon Andalas berukuran besar dengan tinggi mampu mencapai 40 meter dengan diameter batang bawah mencapai 2 meter. Bentuk daun dan buah mirip murbai.
FAUNA
Hewan khas Sumatera Barat adalah burung Kuau Raja. Burung dari famili Phasianidae ini merupakan salah satu burung asli pulau Sumatera. Ciri khas burung berukuran besar ini adalah pejantannya yang memiliki bulu ekor yang panjang dan indah dengan motif bulatan-bulatan berwarna cerah dan berbintik-bintik keabu-abuan. Saat kawin, pejantan akan menarik perhatian betina dengan mengembangkan bulu sayap dan ekornya. Bulu ekor ini terkembang layaknya kipas raksasa. Perlahan kipas tersebut ditarik ke depan sehingga menutupi seluruh tubuh dan kepala burung jantan
Hewan khas Sumatera Barat adalah burung Kuau Raja. Burung dari famili Phasianidae ini merupakan salah satu burung asli pulau Sumatera. Ciri khas burung berukuran besar ini adalah pejantannya yang memiliki bulu ekor yang panjang dan indah dengan motif bulatan-bulatan berwarna cerah dan berbintik-bintik keabu-abuan. Saat kawin, pejantan akan menarik perhatian betina dengan mengembangkan bulu sayap dan ekornya. Bulu ekor ini terkembang layaknya kipas raksasa. Perlahan kipas tersebut ditarik ke depan sehingga menutupi seluruh tubuh dan kepala burung jantan
Burung Kuau Raja (Argusianus argus)
Nama latin hewan ini adalah Argusianus argus (Linnaeus, 1766). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Great Argus. Sedangkan penyebutan lokal untuk hewan ini adalah ‘kuang’.
Burung ini berukuran besar dengan berat mencapai 10 kg. Panjang dari kepala hingga ujung ekor pada burung Kuau Raja jantang dapat mencapai 2 meter, sedangkan betinanya, karena ekornya pendek, hanya berukuran sekitar 75 cm. Selain ciri khas ekornya pejantannya yang bisa menjadi kipas layaknya burung merak, pada ekor pejantan ini terdapat dua helai bulu yang sangat panjang, bisa mencapai 1 meter lebih. Hidup di permukaan tanah dan mempunyai kemampuan berlari yang cukup baik, meskipun dapat terbang untuk jarak pendek.
Nama latin hewan ini adalah Argusianus argus (Linnaeus, 1766). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Great Argus. Sedangkan penyebutan lokal untuk hewan ini adalah ‘kuang’.
Burung ini berukuran besar dengan berat mencapai 10 kg. Panjang dari kepala hingga ujung ekor pada burung Kuau Raja jantang dapat mencapai 2 meter, sedangkan betinanya, karena ekornya pendek, hanya berukuran sekitar 75 cm. Selain ciri khas ekornya pejantannya yang bisa menjadi kipas layaknya burung merak, pada ekor pejantan ini terdapat dua helai bulu yang sangat panjang, bisa mencapai 1 meter lebih. Hidup di permukaan tanah dan mempunyai kemampuan berlari yang cukup baik, meskipun dapat terbang untuk jarak pendek.
Kuau Raja merupakan salah satu
burung asli Indonesia yang hidup di pulau Sumatera dan Kalimantan. Selain itu
burung besar maskot Sumatera Barat ini tersebar di Thailand, Myanmar, Malaysia,
dan Brunei Darussalam.
KALIMANTAN BARAT
Nama resmi :Provinsi Kalimantan Barat
Ibukota :Pontianak
Luas Wilayah : 147.307,00 Km2
Jumlah Penduduk : 5.310.208 jiwa
Suku Bangsa : Melayu, Dayak, China, Jawa, Madura Bugis
Agama : Islam: 61%, Katholik:21%, Proestan:5%, Budha/Hindu3%
Wilayah Administrasi : Kab:12, Kota:2, Kec: 175, Kel:89,Desa: 1.869
Lagu Daerah : Ci-cik Periok
Nama Kab/Kota : KabupatenKetapang,Sanggau, Pontianak, Sintang, Kapuas Hulu Sambas, Bengkayang, Landak, Melawi, Sekadau dan Kota Pontiana, Singkawang
Nama resmi :Provinsi Kalimantan Barat
Ibukota :Pontianak
Luas Wilayah : 147.307,00 Km2
Jumlah Penduduk : 5.310.208 jiwa
Suku Bangsa : Melayu, Dayak, China, Jawa, Madura Bugis
Agama : Islam: 61%, Katholik:21%, Proestan:5%, Budha/Hindu3%
Wilayah Administrasi : Kab:12, Kota:2, Kec: 175, Kel:89,Desa: 1.869
Lagu Daerah : Ci-cik Periok
Nama Kab/Kota : KabupatenKetapang,Sanggau, Pontianak, Sintang, Kapuas Hulu Sambas, Bengkayang, Landak, Melawi, Sekadau dan Kota Pontiana, Singkawang
Sejarah
Atas
dasar undang-undang Nomor 25 tahun 1956, Kalimantan Barat mendapat status
sebagai daerah Propinsi Otonom dengan ibukota Pontianak. Kedudukan sebagai
daerah otonom ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 1957. Selanjutnya tanggal ini
dianggap sebagai hari jadi Propinsi Kalimantan Barat. Namun mulai tahun 2002
Hari Jadi Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat diperingati setiap tanggal 28
Januari.
Sejak
ditetapkannya sebagai Daerah Propinsi Otonom yaitu pada 1 Januari 1957 maka
sampai saat ini, Kalimantan barat telah dipimpin oleh sepuluh Pejabat Gubernur
Kepala Daerah. Gubernur Drs. Cornelis, MH adalah Pejabat Gubernur Propinsi
Kalimantan Barat pada saat ini dan mulai bertugas sejak 14 Januari tahun 2008.
Dewasa
ini daerah pemerintahan propinsi Kalimantan Barat sejak diberlakukannya otonomi
daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 terbagi menjadi sepuluh
kabupaten, dua kota sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Barat yaitu Kota
Pontianak.
Dasar Hukum
·
Propinsi Kalbar diresmikan :
Tanggal 1 Januari 1957
·
Dasar Hukum :
UU No. 25/1956
·
Ibukota :
Pontianak
·
Kepala Daerah :
Dipimpin oleh seorang Gubernur dibantu seorang Wakil
Gubernur
Nama-nama Gubernur Kalimantan Barat
Kalimantan Barat sejak berdiri hingga
sekarang telah dipimpin sepuluh orang Gubernur terdiri dari:
1.
|
Adji Pangeran Aflus
|
(1957 - 1957)
|
2.
|
Djenal asikin Judadiberata
|
(1958 - 1959)
|
3.
|
YC Oevang Oeray
|
(1960 - 1966)
|
4.
|
Kolonel Soemadi Bc Hk
|
(1967 - 1972)
|
5.
|
Kolonel Kadarusno
|
(1972 - 1977)
|
6.
|
Mayjen (Purn) Soedjiman
|
(1977 - 1978)
|
7.
|
Brigjen Parjoko Suryokusumo
|
(1987 - 1993)
|
8.
|
Mayjen H.A. Aswin
|
(1993 - 2003)
|
9.
|
H. Usman Ja`far
|
(2003 - 2008)
|
10.
|
Drs. Cornelis, MH
|
(2008 - 2013)
|
Arti Logo
Lambang
Daerah Provinsi Kalimantan Barat sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah TK I
Kalimantan Barat No 4 Tahun 1964, Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Barat No.
2 Tahun 1967 tanggal 23 Mei 1967.
Lambang
secara keseluruhan bersudut lima Perisai, Mandau dan Keris dengan satu garis
melintang di tengahnya.
Bersudut lima berarti Pancasila, dimaksudkan Kalimantan Barat adalah bagian dari
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila.
Warna dasar hijau muda adalah lambang kesuburan.
Perisai, Mandau dan Keris adalah lambang pusaka dan kebudayaan warisan
leluhur masyarakat Kalimantan Barat.
Padi dan Kapas bersimpul pita dengan sudut empat adalah lambang kemakmuran yang dijiwai oleh
semangat catur karsa (em pat kehendak) yaitu : kesungguhan, kejujuran,
gotong-royong dan kekeluargaan.
Jumlah unsur kapas (17), nyala api (8), padi (45) adalah lambang lahirnya Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Jumlah unsur kapas (17), nyala api (8), padi (45) adalah lambang lahirnya Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Garis melintang ditengah-tengah adalah lambang bentangan Khatulistiwa tepat
pada garis Equator.
Kobaran api dalam tungku adalah lambang semangat perjuangan yang tak
kunjung padam.
Tulisan AKCAYA adalah lambang Tak
Kunjung Binasa atau dengan keuletan yang pantang menyerah.
Nilai Budaya
Betang
Rumah panjang di Kalimantan Barat umumnya disebut
"betang", adalah suatu bangunan tradisional yang dimiliki oleh
beberapa kelompok sub-etnik Dayak yang ada di Kalimantan Barat. Pembagian
ruangan atau bilik yang ada didalam Betang mencerminkan stratifikasi dari
sistem yang unik dari masyarakat yang tinggal di dalamnya. Bagian tengah dari
betang adalah untuk aktivitas yang bersifat publik, sedangkan bagian depan
digunakan untuk menjemur padi dan komoditas lainnya. Ruang belakang biasanya
untuk keperluan memasak, tidur dan tempat berkumpul bagi seluruh anggota keluarga
.Pemisahan ruangan ini mencerminkan pemisahan antara wilayah sosial, individu
dan fasilitas umum.
Upacara-upacara
adat, yang masih dilestarikan
antara lain : Robo-robo, Gawai Dayak
Falsafah Hidup Masyarakat:
- dimana Bumi
Dipijak, Disitu Langit Dijunjung.
- Adil ka Talino, Bacuramin ka Saruga, Basangat ka
Jubata, artinya adil kepada sesama manusia berdasarkan kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa.
FLORA DAN FAUNA
contoh flora di Kalimantan Barat
sumber:

